[Mike:] This is not the end, this is not the beginning Ini bukanlah akhir, ini bukanlah permulaan Just a voice like a riot rocking every revision Hanya suara seperti huru-hara yang mengguncang semua perbaikan But you listen to the tone and the violent rhythm Tapi kau mendengarkan nada dan iramanya yang kasar Though the words sound steady something empty's within them Meski kata-katanya terdengar mantap, ada yang hampa di dalamnya We say yeah with fists flying up in the air Kita berkata yeah sambil mengepalkan tangan di udara Like we're holding onto something that's invisible there Seolah kita sedang berpegangan pada sesuatu yang tak terlihat Cause we're living at the mercy of the pain and the fear Karena kita hidup berkat belas kasih rasa sakit dan rasa takut Until we dead it, forget it, let it all disappear Hingga kita kita, lupakanlah, biarkan semuanya musnah [Chester:] Waiting for the end to come Menanti datangnya akhir semuanya Wishing I had strength to stand Berhar
Dakwah Media - Kudeta Non Tradisi di Tubuh Polri Sebagai Biang DISINTEGRASI BANGSA ! (1) Agaknya tidak berlebihan belakangan ini, Institusi Polri dan Kapolri serta jajaran perwira di bawahnya mendapat sorotan tajam terkait diskriminasi perlakuan yang mereka perbuat. Untuk pendukung Ahok, segala larangan dan aturan undang-undang Unjuk rasa diterabas dan dibiarkan. Larangan demo lewat jam 18.00 WIB, atau tidak boleh unjuk rasa di Hari Libur Nasional, dan tidak diperbolehkan melakukan perusakan fasilitas umum, diabaikan pendukung Ahok dan Polri membiarkan secara sengaja! (2) Bahkan Polri mengizinkan massa ramai-ramai membawa senjata tajam ke Bandara saat penolakan kedatangan wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah beberapa hari lalu. Padahal UU membawa Senjata tajam bisa diancam kurungan 6 tahun penjara. Justeru Polri membiarkan dengan seribu alibi palsunya. Ini jelas tindakan inskonstitusional, dan dimana logika hukum Polri dalam menindak kelompok kriminal diatas? (3) Semua p