MAKALAH
FISIKA MODERN
Gejala Gejala
Kuantum
OLEH:
Kelompok 5
1.
Anisah Hannum
2.
Luthfiatul Hasanah
3.
Ramadhan Saputra
4.
Rima Cemani
5.
Rizka Nabila
6.
Yundha Martiani
PRODI : PENDIDIKAN FISIKA A
DOSEN PEMBIMBING : Dr.
Hj. DJUSMAINI DJAMAS, M.Si
SILVI YULIA SARI, S.Pd, M.Pd
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2016
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur kita haturkan kehadirat Allah
SWT, berkat rahmat dan perlindungannya yang telah memberikan kekuatan lahir
maupun batin sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan.
Tak lupa salawat beriringkan salam kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman yang tidak berilmu
pengetahuan ke zaman yang berilmu pengetahuan seperti pada saat sekarang ini.
Adapun
penulisan makalah ini berjudul “Gejala Gejala Kuantum”. Rasa dan
terima kasih patut kami sampaikan kepada pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini, pihak-pihak
tersebut adalah:
1.
Orang tua kami
tercinta yang telah merestui dan mendukung dalam kegiatan pembekalan.
2.
Dr. Hj.
Djusmaini Djamas, M.Si. dan Silvi Yulia Sari, S.Pd., M.Pd. sebagai dosen
pembimbing mata kuliah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, sebagai kami
mempunyai banyak kekurangan. Untuk itu, kami
meminta kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik dan dapat
digunakan sebagaimana fungsinya. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih
Padang, 22
Februari 2016
Hormat kami,
(Kelompok 5)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
A.
LATAR BELAKANG 4
B. RUMUSAN MASALAH 4
C. TUJUAN PENULISAN 4
BAB II PEMBAHASAN 5
A.
EFEK COMPTON 5
B.
SINAR X DAN DIFRAKSI SINAR X............................................................................8
C. PRODUKSI PASANGAN..............................................................................................16
BAB III PENUTUP 18
A.
KESIMPULAN 18
DAFTAR
PUSTAKA 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam cabang ilmu Fisika
klasik (Mekanika, Listrik Magnet, Optika, Kalor dan Termodinamika) kita
umumnya memperlakukan zat sebagai suat kesatuan dan tidak mempersoalkan
struktur zat itu. Struktur zat menyangkut bagian yang membangun zat dan
gaya-gaya yang mempersatukannya. Solusi yang dipilih menganggap zat itu
kontiniu, mungkin serba sama (homogen) atau tidak , mungkin sifat zat itu di
setiap titik sama ke semua arah (isotropic) atau tidak, yang dikatakan realitas
fisiknya tingkat bahan curah. Walaupun tidak selalu fisika dan kimia klasik
membatasi diri pada bahan curah itu saja.
Konsep atom megandung arti bahwa zat tidak kontiniu, dimana jika
zat senantiasa dapat dibagi dalam bagian yang makin kecil secara tak berhingga.
Bagian yang makin kecil itu tidak berbeda sifat dan hakekatya disbanding bahan
curahnya. Menerima konsep atom berarti menerima pengertian bahwa materi terkuantitasi.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai kuantitasa besaran fisika
beserta rumus-rumus yang dimunculkan pada pembahasan materi ini.
1.2
Rumusan Masalah
a. Apa itu efek compton?
b. Apa yang dimaksud dengan sinar x dan difraksi sinar x?
c. Apa itu produksi pasangan?
1.3
Tujuan Penulisan
a. Mengetahui konsep efek compton.
b. Mengetahui konsep sinar x dan difraksi sinar x.
c. Mengetahui konsep produksi pasangan
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Efek Compton
Efek compton ditemukan oleh Arthur Holy Compton pada tahun 1923. Menurut teori kuantum
cahaya, foton berlaku sebagai partikel, hanya foton tidak memiliki massa diam.
Jika pendapat ini benar, maka berdasarkan peristiwa efek fotolistrik yang
dikemukakan oleh Einstein, Arthur Holy Compton pada tahun 1923 telah mengamati
gejala-gejala tumbukan antara foton yang berasal dari sinar X dengan elektron.
Compton mengamati hamburan foton dari sinar X oleh elektron dapat diterangkan
dengan menganggap bahwa foton seperti partikel dengan energi hf dan
momentum hf/c cocok seperti yang diusulkan oleh Einstein.
1. Penemuan Efek Compton
Percobaan Compton cukup sederhana yaitu sinar X monokromatik (sinar X
yang memiliki panjang gelombang tunggal) dikenakan pada keping tipis berilium
sebagai sasarannya. Kemudian untuk mengamati foton dari sinar X dan
elektron yang terhambur dipasang detektor. Sinar X yang telah menumbuk elektron
akan kehilangan sebagian energinya yang kemudian terhambur dengan sudut
hamburan sebesar θ terhadap arah semula. Berdasarkan hasil
pengamatan ternyata sinar X yang terhambur memiliki panjang gelombang
yang lebih besar dari panjang gelombang sinar X semula. Hal ini
dikarenakan sebagian energinya terserap oleh elektron. Jika energi foton sinar X
mula-mula hf dan energi foton sinar X yang terhambur menjadi (hf –
hf’) dalam hal ini f > f’, sedangkan panjang gelombang yang
terhambur menjadi tambah besar yaitu λ > λ’.
2.
Skema Percobaan Efek Compton
Skema percobaan Compton untuk menyelidiki tumbukan foton dan elektron
Dengan menggunakan hukum kekekalan momentum dan kekekalan energi Compton
berhasil menunjukkan bahwa perubahan panjang gelombang foton terhambur dengan
panjang gelombang semula, yang memenuhi persamaan :
Dengan
λ = panjang gelombang sinar X sebelum tumbukan (m)
λ’ = panjang gelombang sinar X setelah tumbukan (m)
h = konstanta Planck (6,625 × 10-34
Js)
mo = massa diam elektron (9,1 × 10-31
kg)
c = kecepatan cahaya (3 × 108 ms-1)
θ = sudut hamburan sinar X terhadap
arah semula (derajat atau radian)
Besaran
sering disebut dengan panjang gelombang
Compton. Jadi jelaslah sudah bahwa dengan hasil pengamatan Compton tentang
hamburan foton dari sinar X menunjukkan bahwa foton dapat dipandang sebagai
partikel, sehingga memperkuat teori kuantum yang mengatakan bahwa cahaya
mempunyai dua sifat, yaitu cahaya dapat sebagai gelombang dan cahaya
dapat bersifat sebagai partikel yang sering disebut sebagai dualime
gelombang cahaya.
Peristiwa Hamburan
Compton ( efek compton) sebenarnya merupakan gejala interaksi antara foton (
diwakili oleh sinar – x ) dengan materi ( elektron yang terdapat dalam bahan
).
Compton dapat menjelaskan
terjadinya pergeseran panjang gelombang foton yang terjadi serta hubungan
antara pergeseran ini dengan sudut hamburan, dengan menyusun hipotesis berikut
:
Hamburan terjadi karena
tumbukan foton sinar – x dengan elektron dalam zat sasaran. Dalam peristiwa
tumbukan foton berperilaku sebagai zarah ( partikel), dalam arti hukum
kekekalan energi dan momentum linear menguasai peristiwa tumbukan antara foton
dan elektron yang berpartisipasi.
Foton berenergi E dan
momentum linear p menumbuuk elektron dalam keadaan tak gerak. Sesudah tumbukan
foton terhambur dengan sudut ʘ,energinya E sedang momentum linear nya p. Disisi
lain elektron terhambur dengan sudut ɸ dengan energi nya Ec dan
momentumnya Pc .
Berdasarkan Hukum kekekalan
energi sebelum dan sesdah tumbukan didapat :
E + mc2 = E + Ec ...................................................................
Untuk hukum kekekalan momentum
linear dinyatakan sebagai :
Arah x ; p = pc
cos ɸ + p cos ʘ..............................................
Arah y; ʘ = pc sin
ɸ - p sin ʘ ...............................................
Karena teori relativistik
memberi hubungan antara energi total dan momentum linear, maka keempat besaran
yang belum diketahui E,Ec , ʘ dan ɸ beserta dua besaran yang tidak
diketahui dapat di eliminasikan , memberikan :
PC2 = p2 – 2pp cos ʘ + p2 .................................................................................
Menurut teori relativitas : Pc 2 = pc2
c2 + mc2 c4......................................................
Maka persamaan di atas dapat di ubah menjadi :
( E + mc c2 – E )2 = c2 (
p2 – 2pp cos ʘ + p2 ) + mc2 c4
........................................
Persamaan terakhir memiliki bentuk :
Akhir nya di peroleh :
..................
Dengan hmcc = λc = 0,002426 nm disebut “
panjang gelombang compton untuk elektron”
Dengan menggunakan hukum kekekalan momentum maka energi kinetik
maksimum elektron terhambur dapat dinyatakan sebagai ;
Ek maks = (2hv/mcC2) (1- 2hv/mcC2)
B. Sinar X dan
Difraksi Sinar X
Sinar x di temukan rontgen
tahun 1895 , secara tak sengaja ketika bekerja dengan tabung geister dimana
garam barium di dekatkan denga tabung akan berfosforisensi. Rontgen
menyimpulkan bahwa penyebab fosforesensi adalah suatu sinar yang tak tampak di
pancarkan oleh anoda tabung geister
dikenal dengan sinar- X ( sinar Rontgen)
Adapun sifat sinar- X antara lain :
· Ditimbulkan jika elektron cepat menumbuk materi
· Dapat menjalar menurut garis lurus walau melalui medan listrik dan
medan magnet
· Berdaya tembus sangat besar, mampu menembus logam dan zat padat
lainya.
· Meyebabkan fosforesensi dan berkilau
· Dapat menghitamkan plat fotografik
1. Tinjauan terhadap sinar x dan tabung sinar X
Tabung sinar x terdiri atas
tabung kaca kuarsa yang hampa udara, didalam nya terdapat elektroda yang
terbuat dari logam berfungsi sebagai katoda dan anoda serta filamin sebagai
pemanas ( heater). Ujung kedua elektroda dihubungkan dengan sumber arus dan
tegangan yang sangat tinggi yakni dalam orde KV.
Proses dan mekanisme kerja
tabung sinar x dapat di jelaskan sebagai berikut:
a) Katoda di panaskan oleh filamin F sehingga memancarkan elektroon
di permukaan. Elektron tertarik ke anoda ( A ) karean adanya perbedaan
potensial antara A- K yang cukup tinggi ( beberapa Kvsampai puluhan KV)
b) Elektron di percepat oleh medan listrik antara K – A bila
potensial K – A adalah Vo volt saat elektron mengenai permukaan anoda besar
energi kinetik nya adalah Ek = eVo. Karena interaksi elektron berenergi Ek
dengan logam anoda terjadi pancaran sinar X yang bersumber pada anoda.
c) Interaksi bekas elektron yang datang dari katoda dengan logam
anoda menghasilkan panas yang tinggi , untuk itu anoda perlu didinginkan dengan
cairan yang mengalirkan kalor keluar anoda, biasanya minyak.
d) Tanpa pendinginan anoda akan melebur , karena kalor yang di
hasilkan dari interaksi berkas elektron denggan logam anoda.
2. Pengukuran intensitas dan panjang gelombang sinar x
Intensitas nya di tentukan
dari sifatnya sebagai pengion ( mampu mengionisasi molekul udara/gas yang di
lewatinya). Dengan menggunakan detektor yang terdiri dari ruang ionisasi dan
elektrometer. Ruang ionisasi berisi gas, jika atom atom gas ini di ionisasi
oleh sinar x yang menembus dinding ruang ini, maka kedua elektroda dalam ruang
ini akan mengumpulkan ion ion tersebut.
Selanjutnya besar arus ionisasi di ukur oleh elektrometer yang sangat
peka. Jumlah energi yang di bawa persatuan luas persatuan waktu disebut :
intensitas.
Panjang gelombang sinar x di
analisis melalui difraksi sinar x oleh kisi kristal. Karena sinar – x
meruupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang yang sangat
kecil, maka di perlukan kisi denga jarak antar garis (d) = 1 ᴧo (
tidak ada yang mampu membuat kisi seukuran itu ) maka pilihan di alihkan oleh
kisi kisi kristal atom dengan jarak antar atom = 1 ᴧo .
Pemantulan sinar x terjadi bila di penuhi syarat Bragg (
pemantulan bragg) yakni :
Beda lintasan sinar 1 dan 2
sebesar 2 d sin
Terjadi interferensi konstruktif bila panjang lintasan merupakan kelipatan bulat x panjang
gelombang.
2d sin
dengan n = bilangan bulat = 1,2,3
.................................
Jadi bila jarak antar atom di
ketahui , sudut pemantulan bragg dapat di hitung maka λ panjang gelombang sinar
x dapat di tentukan. Namun bila jarak antar atom dalam kisi kristal belum di
ketahui , maka tugas kita adalah mencari dulu harga d itu. Jarak dasar yang
diperlukan ialah d = d1 selanjutnya
digunakan geometri sederhana untuk mencari jarak d 2 dan jarak jarak lainya antara bidang bidang
bragg. Karena d menyatakan jarak antar atom yang bersebelahan dalam kristal ,
berarti terdapat 1/d atom permeter sepanjang suatu sumbu kristal, dan terdapat
1/d3 atom permeter kubik dalam kristal itu. Jik a massa rata rata
atom ialah m dan kerapatan kristal secara keseluruhan adalah
maka
Untuk mencari m kita ingat rumus massa M dari senyawa kimia yang
merupakan jumlah massa atomik dari unsur unsur pembentuknya yang dinyatakan
dalam satuan massa atom ( u ) dimana 1 u
= 1,66 x 10-27 kg
Jika terdapat k atom persatuan rumus senyawa , maka m yang di
nyatakan dalam kilogram dapat di tulis sebagai ;
m= massa rata- rata / atom =
kg/u)
jarak atomik
)]1/3
3. Sifat fisik dan mekanisme terbentuk sinar x
Mekanisme sinar x berhubungan
dengan bagaimana elektron dipancarkan dari katoda menumbuk anoda. Telah
diketahui bahwa sinar x terjadi akibar tumbukan elektron – elektron berenergi
kinetik tinggi dari katoda dengan logam logam polikristalin. Bagaimana sifat
dan mekanisme tersebut dapatdi jelaskan sebagai berikut :
a) Elektron datang pada permukaan anoda ( logam) dengan energi
kinetik yang besar sekali meneruskan pejalananya dengan logam .
b) Gaya interaksi elektron dan susunan ion ion lgam atau antar
elektron datang dengan elektron dalam logam bersifat
elektromagnetik,interaksinya disebut tumbukan.
c) Elektron yang datang umumnya tidak kehilangan energinya pada
peristiwa tumbukan, tetapi beberapa tumbukan beruntun, dimana elektron
kehilangan energi sedikit demi sedikit.
Energi kinetik elektron menjadi dua macam, yaitu ;
· Radiasi elektromagnetik; karena elektron mengalami perlambatan
dalam medan listrik ion –ion logam sehingga terjadi sinar x
· Energi getaran kisi ion ddalam polikristalin tersimpan sebagai
kalor dan logam.
d) Panjang gelombang λ sinar x meliputi spektrum kontinu karena
adanya peristiwa beruntun.
e) Bila bagian tak kontinu itu
berasal dari interaksi elektron dengan ion dimana terjadi perubahan struktur
elektron – ion tersebut.
Andai dalam suatu proses fisi , energi kinetik elektron seluruhnya
menjadi satu foton, transformasi energi terjadi dalam proses tunggal.
Dari hukum kekalan energi ;
Ek = E
cV = hv = hc/λ maka
λmin = hc / eV
atau λmin =
para praktisi menggunakan :
Spektrum kontinu terjadi karena elektron yang melintasi medan
listrik ion logam mengalami “ perlambatan “ sesuai dengan teori elektromagnetik
yaitu :
setiap muatan listrik yang di percepat / di perlambat akan
memancarkan radiasi elektromagnetik. Jadi seolah elektron memancarkan sinar
karena di rem disebut fenomena “ bremstrahlung
“ ( pancaran akibat pengereman).
4.
Difraksi
Sinar-X
Difraksi sinar-X merupakan
teknik yang digunakan untuk menganalisis padatan kristalin. Sinar-X merupakan
radiasi gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang sekitar 1 Å, berada
di antara panjang gelombang sinar gama (γ) dan sinar ultraviolet. Sinar-X
dihasilkan jika elektron berkecepatan tinggi menumbuk suatu logam target
(Gambar 1).
Gambar 1
Pembentukan sinar-X.
Elektron berkecepatan
tinggi yang mengenai elektron pada orbital 1s akan menyebabkan
elektron tereksitasi menyebabkan kekosongan (□) pada orbital 1s
tersebut, dengan adanya pengisian elektron pada orbital kosong tersebut dari
orbital yang lebih tinggi energinya akan memberikan pancaran sinar-X.
Gambar
2. Spektrum panjang gelombang sinar-X
pada logam.
Terdapat beberapa jenis
pancaran panjang gelombang yang dihasilkan dengan intensitas yang berbeda,
dimana panjang gelombang Kα1 memiliki intensitas
yang lebih tinggi, sehingga digunakan dalam difraksi sinar-X.
Sinar-X yang monokromatis
sangat diperlukan dalam suatu eksperimen difraksi sinar-X. Untuk tujuan itu
salah satunya dapat digunakan filter, yang secara selektif meneruskan panjang
gelombang yang ingin digunakan. Untuk sinar-X dari tabung tembaga, biasanya
digunakan lembaran nikel sebagai filter. Nikel sangat efektif dalam meneruskan
radiasi Cu Kα, karena radiasi Cu Kβ
memiliki cukup energi untuk mengionisasi elektron 1s Nikel, sedangkan
radiasi Cu Kα tidak cukup untuk mengionisasi. Dengan
demikian, lembaran nikel tersebut akan mengabsorpsi semua panjang gelombang
termasuk radiasi putih, kecuali radiasi Cu Kα.
5.
Hukum
Bragg
Suatu kristal
memiliki susunan atom yang tersusun secara teratur dan berulang, memiliki jarak
antar atom yang ordenya sama dengan panjang gelombang sinar-X. Akibatnya, bila
seberkas sinar-X ditembakkan pada suatu material kristalin maka sinar tersebut
akan menghasilkan pola difraksi khas. Pola difraksi yang dihasilkan sesuai
dengan susunan atom pada kristal tersebut.
Menurut pendekatan Bragg,
kristal dapat dipandang terdiri atas bidang-bidang datar (kisi kristal) yang
masing-masing berfungsi sebagai cermin semi transparan. Jika sinar-X ditembakkan
pada tumpukan bidang datar tersebut, maka beberapa akan dipantulkan oleh bidang
tersebut dengan sudut pantul yang sama dengan sudut datangnya, seperti yang
diilustrasikan dalam Gambar 3, sedangkan sisanya akan diteruskan menembus
bidang.
Perumusan secara matematik
dapat dikemukakan dengan menghubungkan panjang gelombang sinar-X, jarak antar
bidang dalam kristal, dan sudut difraksi:
nλ = 2d sin θ
(Persamaan Bragg)
λ adalah
panjang gelombang sinar-X, d adalah jarak antar kisi kristal, θ adalah
sudut datang sinar, dan n = 1, 2, 3, dan seterusnya adalah orde
difraksi. Persamaan Bragg tersebut digunakan untuk menentukan parameter sel
kristal. Sedangkan untuk menentukan struktur kristal, dengan menggunakan metoda
komputasi kristalografik, data intensitas digunakan untuk menentukan
posisi-posisi atomnya.
Gambar 3.
Pemantulan berkas sinar-X monokromatis oleh dua bidang kisi dalam kristal,
dengan sudut sebesar θ dan jarak antara bidang kisi sebesar dhkl
6.
Difraksi
Sinar-X Serbuk
Salah satu teknik yang digunakan
untuk menentukan struktur suatu padatan kristalin, adalah metoda difraksi
sinar-X serbuk (X-ray powder diffraction). Sampel berupa serbuk
padatan kristalin yang memiliki sejumlah besar kristal kecil dengan diameter
butiran kristalnya sekitar 10-7 – 10-4 m ditempatkan pada
suatu plat kaca dalam difraktometer seperti terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Skema difraktometer sinar-X
serbuk.
Tabung sinar-X akan
mengeluarkan sinar-X yang yang difokuskan sehingga mengenai sampel oleh
pemfokus, detektor akan bergerak sepanjang lintasannya, untuk merekam pola
difraksi sinar-X.
Pola difraksi yang
dihasilkan berupa deretan puncak-puncak difraksi dengan intensitas relatif yang
bervariasi sepanjang nilai 2θ tertentu. Besarnya intensitas relatif
puncak dari deretan puncak tersebut bergantung pada jumlah atom atau ion yang
ada, dan distribusinya di dalam sel satuan material tersebut. Pola difraksi
setiap padatan kristalin khas, yang bergantung pada kisi kristal, unit
parameter, dan panjang gelombang sinar-X yang digunakan. Dengan demikian,
sangat kecil kemungkinan dihasilkan pola difraksi yang sama untuk suatu padatan
kristalin yang berbeda.
Gambar 5. Pola Difraksi Sinar-X Serbuk
Metode Le Bail
Pada pola difraksi sinar-X
serbuk sering terjadi adanya overlap pada puncak difraksi terutama
pada nilai 2θ yang tinggi. Dengan adanya overlap tersebut
menyebabkan sulitnya pemisahan intensitas dari tiap-tiap pemantulan sinar,
sehingga penentuan struktur sukar dilakukan. Namun, dengan metoda Rietveld,
kini dimungkinkan untuk menentukan struktur kristal, terutama untuk struktur
yang relatif sederhana, dari data difraksi serbuk.
Sebagai langkah awal
penggunaan metoda Rietveld, sering digunakan metoda Le Bail.
Pada metode Le Bail, intensitas dari berbagai puncak difraksi dihitung
dengan hanya menggunakan parameter sel satuan dan parameter yang mendefinisikan
puncak. Dari analisis Le Bail akan didapatkan parameter sel dan plot
Le Bail mirip plot Rietveld.
Gambar 6. Hasil Refinement Pola Difraksi Sinar-X Serbuk Menggunakan Metode Le Bail Dengan Menggunakan Program Rietica.
Gambar 6. Hasil Refinement Pola Difraksi Sinar-X Serbuk Menggunakan Metode Le Bail Dengan Menggunakan Program Rietica.
C. Produksi Pasangan
Elektron – Positron
Efek compton adalah suatu
gejala yang berkaitan dengan interaksi sinar x dan materi. Satu gejala lain
juga terjadi pada interaksi sinar x dengan materi yakni produksi pasangan
elekton – positron. Ada dua syarat yang harus di penuhi bagi proses ini, yaitu
energi foton harus lebih besar dari 2 mcc2 dan proses
harus berlangsung dalam medan elektromagnetik
yang sangat kuat di dekat inti suatu atom. Kesetaraan ini juga di perlukan
yntuk memenuhi kekalan momentum linear. Positron merupakan zarah sub atomik
yang di temukan Anderson tahun 1932 dalam eksperimenya dalam ruang kabut. Massa
zarah ini sama dengan massa tak gerak elektron , sedang muatanya berlawanan
tanda dengan muatan elektron. Karena energi diam elektron mcc2 = 0,511 MeV, berarti pasangan itu baru tercipta
jika foton sinar x yang datang minimal sebesar 1,02 MeV.
Dua hal yang berbeda antara kedua zarah itu, yakni ;
·
Muatannya,
elektron bermuatan listrik negatif e- = - 1,60 x 10-19 colomb sedang positron
bermuatan positif e+ = + 1,60
x 10-19 colomb
·
Elektron
sangat umum kehadiranya dimana mana dalam dunia fisik kita, tetapi posiitron
sangat terbatas kehadiranya.
Teori Relativitas Khusus
memberi kesetaraan antara massa dan energi dapat di nyatakan E = mc2
= Ek + moc2. Bila diterapkan pada proses penciptaan
pasangan elektron – positron berlaku :
hv à e + + e - .................................................
apakah secara energetik mungkin terjadi pasangan elektron –
positron ?
energi total pasangan adalah :
Etotal = Ek+ + mcc2
+Ek- + mcc2
Energi paling rendah bagi pasangan bila Ek+ dan Ek- bernilai nol .
Jadi Etotal = 2mc2
= 1,022 MeV. Jadi di tinjau dari sudut energi foton harus memiliki > 1,022
MeV.
Proses sebaliknya juga dapat terjadi yaitu pemusnahan elektron –
positron, syarat yang harus di penuhi adalah sekurang kurangnyadua foton
tercipta dalam peristiwa itu : e+ + e- = v1 +
v2
Pemusnahan positron –
elektron dengan penciptaan satu foton energetik dapat terjadi hanya bila ada
zarah lain yang terlibat, sehingga kekalan momentum linear dapat terpenuhi.
Kekalan energi relativistik untuk peristiwa ini mensyaratkan : Ek+ +
Ek- + 2mc2 = hv1 . hv2
Umumnya Ek+ dan Ek-
dapat di abaikan dan positron dan elektron dalam keadaan tak gerak. Bila proses
menghasilkan dua foton maka kekekalan momentum linear akan dipenuhi bila kedua foton memiliki energi yang sama
dari bergerak dengan arah berlawanan, hal ini di perlihatkan sebagai : e+ +
e- à 2 hv
BAB III
PENUTUP
Efek compton ditemukan oleh Arthur Holy Compton
pada tahun 1923. Menurut teori kuantum cahaya, foton berlaku sebagai partikel,
hanya foton tidak memiliki massa diam. Jika pendapat ini benar, maka
berdasarkan peristiwa efek fotolistrik yang dikemukakan oleh Einstein, Arthur
Holy Compton pada tahun 1923 telah mengamati gejala-gejala tumbukan antara
foton yang berasal dari sinar X dengan elektron. Compton mengamati hamburan
foton dari sinar X oleh elektron dapat diterangkan dengan menganggap bahwa
foton seperti partikel dengan energi hf dan momentum hf/c cocok
seperti yang diusulkan oleh Einstein.
Sinar X merupakan pancaran gelombang
elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya sinar
ultraviolet, tetapi mempunyai panjang gelombang yang sangat pendek sehingga
dapat menembus benda-benda.
Difraksi sinar-x oleh sebuah materi terjadi akibat dua fenomena:
(1) hamburan oleh tiap atom dan (2) interferensi gelombang-gelombang yang
dihamburkan oleh atom-atom tersebut. Interferensi ini terjadi karena
gelombang-gelombang yang dihamburkan oleh atom-atom memiliki koherensi dengan
gelombang datang dan, demikian pula, dengan mereka sendiri.
SALAM GENERASI PERUBAHAN Hafiz Hisbullah
Comments
Post a Comment