Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) mengajak muballighot membentengi keluarga dari liberalisasi. Langkah itu dilatarbelangi oleh tingginya angka perceraian yang menimpa keluarga Indonesia khususnya Jawa Timur.
Berdasarkan data yang dilansir MHTI selama 2011 ini, dari 2 juta pernikahan setiap tahun, 12-15% berakhir dengan perceraian. Sebanyak 80% diantaranya terjadi pada masa perkawinan di bawah 5 tahun. Tidak hanya itu kasus perceraian ini 70% diantaranya terjadi karena gugat cerai. Alasan yang sering dikemukakan adalah problem ekonomi keluarga, perselingkuhan, ketidakcocokan pribadi, KDRT, hingga poligami yang tidak tepat.
Di Surabaya, angka perceraian di Pengadilan Agama pada awal tahun 2011 mengalami peningkatan. Pada rentang bulan Januari-Februari tahun 2011, jumlah angka perceraian sebanyak 883, lebih banyak dibanding tahun 2010, yang tercatat 823 perkara. Dan anehnya dari angka-angka yang fantastis itu sekali lagi banyak gugatan yang justru berasal dari para istri dibandingkan dari suami.
Fakta itu tidak bisa dipandang sebagai hal yang biasa. Dalam rangka Hari Ibu, MHTI pun menggelar Jalsah Ammah lil Muballighoh "Peran Mubalighoh dalam Membangun Ketahanan Keluarga" di Asrama Haji Surabaya, Minggu (17/12/2011).
Menurut Azifah Ketua Panitia, pemahaman dan kewaspadaan masyarakat untuk menjaga keluarga harus dimunculkan guna mengantisipasi perceraian. Setidaknya, masyarakat harus mengetahui akar persoalan tersebut. Karena itu, para muballighoh harus diajak untuk turut menyadarkan masyarakat.
Azifah menambahkan beberapa faktor yang menjadi penyebab perceraian adalah rendahnya ketaatan dan sistem yang tidak mendukung. Sistem liberalisasi yang mengutamakan kebebasan membuat perempuan berani mengambil keputusan untuk bercerai. Persoalan ekonomi kerap menjadi pemicu.
"Beberapa faktor penyebab perceraian. Rendahnya ketaatan dan sebuah sistem yang tidak mendukung. Ini tidak hanya menimpa ayah dan ibu, tapi juga akan berdampak pada anak-anak," kata Azifah.
Asma Amnina Anggota DPP Jatim MHTI menambahkan peran muballighoh sangat penting untuk membentengi masyarakat dari upaya liberalisasi keluarga. Di Jawa Timur, muballighoh menjadi pembimbing, penjaga dan pembina umat. Mereka menjadi garda terdepan dalam melindungi sekaligus sumber ilmu bagi umat.
"Merekalah yang bertugas untuk menyadarkan masyarakat untuk membangun keluarga atas dasar ketahanan kepada Allah. Karena keluarga menjadi benteng pertahanan terakhir," ujarnya.
Sebanyak 500 muballighoh, daiah, penggerak majelis taklim dan ustadzah hadir untuk memberikan komitmennya melindungi masyarakat dari ancaman liberalisasi keluarga.waslm
Berdasarkan data yang dilansir MHTI selama 2011 ini, dari 2 juta pernikahan setiap tahun, 12-15% berakhir dengan perceraian. Sebanyak 80% diantaranya terjadi pada masa perkawinan di bawah 5 tahun. Tidak hanya itu kasus perceraian ini 70% diantaranya terjadi karena gugat cerai. Alasan yang sering dikemukakan adalah problem ekonomi keluarga, perselingkuhan, ketidakcocokan pribadi, KDRT, hingga poligami yang tidak tepat.
Di Surabaya, angka perceraian di Pengadilan Agama pada awal tahun 2011 mengalami peningkatan. Pada rentang bulan Januari-Februari tahun 2011, jumlah angka perceraian sebanyak 883, lebih banyak dibanding tahun 2010, yang tercatat 823 perkara. Dan anehnya dari angka-angka yang fantastis itu sekali lagi banyak gugatan yang justru berasal dari para istri dibandingkan dari suami.
Fakta itu tidak bisa dipandang sebagai hal yang biasa. Dalam rangka Hari Ibu, MHTI pun menggelar Jalsah Ammah lil Muballighoh "Peran Mubalighoh dalam Membangun Ketahanan Keluarga" di Asrama Haji Surabaya, Minggu (17/12/2011).
Menurut Azifah Ketua Panitia, pemahaman dan kewaspadaan masyarakat untuk menjaga keluarga harus dimunculkan guna mengantisipasi perceraian. Setidaknya, masyarakat harus mengetahui akar persoalan tersebut. Karena itu, para muballighoh harus diajak untuk turut menyadarkan masyarakat.
Azifah menambahkan beberapa faktor yang menjadi penyebab perceraian adalah rendahnya ketaatan dan sistem yang tidak mendukung. Sistem liberalisasi yang mengutamakan kebebasan membuat perempuan berani mengambil keputusan untuk bercerai. Persoalan ekonomi kerap menjadi pemicu.
"Beberapa faktor penyebab perceraian. Rendahnya ketaatan dan sebuah sistem yang tidak mendukung. Ini tidak hanya menimpa ayah dan ibu, tapi juga akan berdampak pada anak-anak," kata Azifah.
Asma Amnina Anggota DPP Jatim MHTI menambahkan peran muballighoh sangat penting untuk membentengi masyarakat dari upaya liberalisasi keluarga. Di Jawa Timur, muballighoh menjadi pembimbing, penjaga dan pembina umat. Mereka menjadi garda terdepan dalam melindungi sekaligus sumber ilmu bagi umat.
"Merekalah yang bertugas untuk menyadarkan masyarakat untuk membangun keluarga atas dasar ketahanan kepada Allah. Karena keluarga menjadi benteng pertahanan terakhir," ujarnya.
Sebanyak 500 muballighoh, daiah, penggerak majelis taklim dan ustadzah hadir untuk memberikan komitmennya melindungi masyarakat dari ancaman liberalisasi keluarga.waslm
Comments
Post a Comment