Konstruksi Rangkaian DC
A. TUJUAN
1. Menentukan
bahan konduktor dan isolator
2. Menyelidiki
Pengaruh Saklar Terhadap Rangkaian Tertutup
3. Menyelidiki
keadaan lampu
yang diserikan dalam rangkaian tertutup
4. Menyelidiki
keadaan lampu
yang diparalelkan dalam rangkaian tertutup
B. DASAR TEORI
Menurut
Young (1999: 268), arus adalah sebarang gerak muatan dari satu daerah ke daerah
lainnya. Dalam situasi elektrostatis medan listrik yaitu adalah nol dimanapun di dalam
konduktor, dan tidak ada arus. Akan tetapi, tidak berarti bahwa semua muatan di
dalam konduktor itu diam. Dalam rangkaian listrik dikenal 3 variabel dasar
yaitu kuat arus listrik, hambatan, dan tegangan. Kuat arus listrik ialah muatan
netto yang mengalir melalui luas suatu media
per satuan waktu. Secara matematis, kuat arus ialah:
Sedangkan,
hambatan merupakan (resistansi) merupakan perbandingan antara tegangan listrik
dari suatu komponen elektronik (misalnya resistor) dengan arus listrik yang
melewatinya. Secara matematis, hambatan listrik dituliskan:
Menurut Young (2004: 223-231), adapun
tegangan merupakan perbedaan potensi listrik antara dua titik dalam rangkaian
listrik, dinyatakan dalam satuan volt. Besaran ini mengukur energi potensial
sebuah medan listrik untuk menyebabkan aliran listrik dalam sebuah konduktor
listrik. Tergantung pada perbedaan potensi listrik satu tegangan listrik dapat
dikatakan sebagai ekstra rendah, rendah, tinggi atau ekstra tinggi.
V= I R
Kerapatan
arus dalam sebuah konduktor bergantung pada medan listrik dan pada sifat-sifat
material itu. Tetapi, untuk beberapa material, khususnya logam, pada sebuah
suhu yang diberikan, kerapatan arus hampir berbanding langsung dengan medan
listrik, dan rasio besarnya medan listrik dan besarnya kerapatan arus adalah
konstan. Hubungan ini dinamakan hukum ohm yang ditemukan oleh fisikawan Jerman
George Simon Ohm pada tahun 1826
(Young, 1999: 268).
Menurut Serway (2010: 402), untuk sebuah
rangkaian seri yang terdiri atas 3 resistor, arusnya sama besar pada ketiga
resistor tersebut karena jumlah muatan yang melewati R1 pasti juga
melewati R2 dan R3 dalam selang waktu yang sama. Jika
dikaitkan dengan Hukum Ohm maka besar hambatan pengganti susunan seri ialah:
I = IAB = IBC = ICD
VAB = I . RAB
VBC = I . RBC
VCD = I . RCD
Beda potensial antara ujung-ujung AD
berlaku:
VAD = VAB + VBC + VCD
I . RS = I . RAB + I
. RBC + I . RCD
I . RS = I . R1 + I
. R2 + I . R3
RS = R1 + R2 + R3
Dari hubungan diatas menunjukkan bahwa hambatan ekuivalen dari rangkaian resistor yang dihubungkan seri
adalah penjumlahan dari masing-masing resistor dan selalu lebih besar dari pada
masing-masing resistornya.
Menurut Serway (2010: 403), Hukum I Kirchoff
yang biasa dikenal dengan Hukum percabangan yang menyatakan bahwa jumlah arus
yang masuk pada setiap percabangan dalam setiap rangkaian sama dengan jumlah
arus yang keluar dari percabangan tersebut. Secara matematis dapat ditulis:
Imasuk = Ikeluar atau
∑ Imasuk = ∑Ikeluar
Aturan
diatas merupakan pernyataan tentang kekekalan muatan listrik. Semua muatan yang
memasuki titik tertentu dalam sebuah rangkaian harus harus keluar dari titik
tersebut karena muatan tidak dapat bertambah pada sebuah titik
Hasil pengukuran beda potensial pada resistor R1 dan R2 (nilainya berbeda) yang disusun secara seri
menunjukkan hasil yang
berbeda, namun jika diukur arus yang melewati kedua resistor maka diperoleh
pengukuran yang
sama. Berbeda halnya jika resistor disusun secara parallel, diperoleh hasil
pengukuran yang berbeda. Arus yang melalui setiap resistor berbeda, namun pengukuran
tegangan pada setiap resistor sama. Fakta ini menunjukkan bahwa jenis susunan resistor menentukan besar
nilai variabel tegangan dan kuat arus listrik dalam rangkaian. Pada susunan seri, resistor berfungsi sebagai pembagi tegangan,
yang berarti jika tegangan
pada setiap resistor
dijumlahkan maka jumlahnya sama dengan besarnya tegangan sumber. Sedangkan jika resistor disusun paralel,
maka resistor berfungsi sebagai
pembagi arus, yang berarti jika kuat arus listrik yang melewati setiap resistor
diukur, maka akan
memilikinilaiyang
sama denganarus total sebelum
titik percabangan (Hukum I Kirchoof) (Herman, 2015:
21).
Hukum 2 Kirchoff dikenal dengan hukum percabangan,
karena hukum ini memenuhi kekekalan muatan. Hukum 2 Kirchoff menyatakan bahwa
pada setiap rangkaian tertutup, jumlah aljabar dari beda potensial harus sama
dengan nol. Hukum kedua ini biasa juga disebut hukum simpal karena pada
kenyataannya beda potensial diantara 2 titik dalam suatu rangkaian pada keadaan
tunak selalu konstan. Pada keadaan tunak, medan listrik pada setiap titik (di
luar sumber ggl) dalam rangkaian terjadi karena menumpuknya muatan pada
permukaan resistor, sumber listrik, kawat maupun elemen lain pada rangkaian
tersebut. Karena medan listrik merupakan medan konservatif, dengan demikian
fungsi potensialnya akan berlaku di setiap titik pada ruang. Pada saat kita
bergerak melintasi suatu simpal rangkaian, beda potensial dapat berkurang atau
bertambah jika kita melewati resistor atau sumber, namun jika simpal tersebut
telah dilewati sepenuhnya dan kita sampai kembali dititik “awal” lintasan,
perubahan potensialnya akan sama dengan nol. Hukum ini merupakan adanya bukti
hukum konservatif energi (Tippler, 2001: 174 – 175).
C.
ALAT
DAN BAHAN
1.
Laptop
2.
Virtual lab rangkaian konstruksi DC
3.
Alat tulis
D. PROSEDUR
KERJA
1. Menyiapkan
alat dan bahan yang akan dipakai di
dalam praktikum.
2. Membuka
virtul lab rangkaian konstruksi dc.
3. Merangkai
rangkaian yang terdiri dari lampu, baterai, dan bahan yang akan diuji
4. Memvariasikan
bahan yang diuji sebanyak 5 kali
5. Memasukkan
data hasil percobaan ke dalam tabel
1
6. Merangkaia rangkaian skalar kemudian mengkondisikan rangkaian dalam keadaan saklar
terbuka dan mengamati
yang terjadi
7. Mengkondisikan
rangkaian dalam keadaan saklar tertutup mengamati
yang terjadi
8. Mencatat hasil pengamatan di tabel 2
9. Merangkai
rangkaian secara seri dengan menggunakan 3 buah lampu
10. Dengan menggunakan baterai 9 volt sebagai
sumber tegangan kemudian memvariasikan
nilai tahanan dari ketiga lampu
11. Mengukur
tegangan dan arus
yang mengalir pada tiap lampu
12. Memperhatikan
keadaan tiap lampu kemudian memasukkan
data pada tabel 3
13. Merangkai
rangkaian secara parallel dengan menggunakan 3 lampu dengan memvariasikkan besar tahanan di setiap lampu.
14. Mengukur
tegangan dan
arus yang mengalir pada tiap lampu dan
memperhatikan
keadaan tiap lampu kemudian memasukkan hasil pengamatan ke tabel
4
TABEL DATA
1. Menentukan bahan
konduktor dan isolator
NO
|
Bahan
|
Menyala
/ Tidak Menyala
|
1
|
Uang
kertas
|
Tidak
menyala
|
2
|
Klip
kertas
|
Menyala
|
3
|
Uang
logam
|
Menyala
|
4
|
Penghapus
|
Tidak
menyala
|
5
|
anjing
|
Tidak
menyala
|
2. Menyelidiki Pengaruh
Saklar Terhadap Rangkaian Tertutup
No
|
Keadaan
Saklar
|
Keadaan
Lampu
|
1
|
Terbuka
|
Tidak
menyala
|
2
|
Tertutup
|
menyala
|
3. Menyelidiki keadaan
lampu yang diserikan dalam rangkaian tertutup
No
|
V
|
Lampu
1
|
Lampu
2
|
Lampu
3
|
|||||||||
R
|
V
|
I
|
Keadaan
|
R
|
V
|
I
|
Keadaan
|
R
|
V
|
I
|
keadaan
|
||
1
|
9
|
20
|
1.63
|
0.08
|
Sangat
redup
|
50
|
4.09
|
0.08
|
Redup
|
40
|
3.27
|
0.08
|
redup
|
2
|
9
|
50
|
2.8
|
0.06
|
Sangat
redup
|
40
|
2.25
|
0.06
|
Sangat
redup
|
70
|
3.9
|
0.06
|
redup
|
3
|
9
|
10
|
1.125
|
0.11
|
Sangat
redup
|
50
|
5.6
|
0.11
|
Sangat
redup
|
20
|
2.25
|
0.11
|
redup
|
4
|
9
|
80
|
3
|
0.04
|
Sangat
redup
|
90
|
3.375
|
0.04
|
Sangat
redup
|
70
|
2.625
|
0.04
|
redup
|
5
|
9
|
10
|
2.25
|
0.22
|
redup
|
20
|
4.5
|
0.22
|
Agak
terang
|
10
|
2.25
|
0.22
|
redup
|
4. Menyelidik keadaan
lampu yang diparalelkan dalam rangkaian tertutup
No
|
V
|
Lampu
1
|
Lampu
2
|
Lampu
3
|
|||||||||
R
|
V
|
I
|
Keadaan
|
R
|
V
|
I
|
keadaan
|
R
|
V
|
I
|
keadaan
|
||
1
|
9
|
20
|
8.9
|
0.45
|
redup
|
20
|
8.9
|
0.45
|
redup
|
10
|
8.9
|
0.90
|
Agak
terang
|
2
|
9
|
40
|
8.9
|
0.22
|
redup
|
20
|
8.9
|
0.45
|
redup
|
10
|
8.9
|
0.90
|
Agak
terang
|
3
|
9
|
90
|
8.9
|
0.10
|
redup
|
20
|
8.9
|
0.45
|
Agak
terang
|
70
|
8.9
|
0.13
|
Redup
|
4
|
9
|
30
|
8.9
|
0.30
|
Agak
terang
|
50
|
8.9
|
0.18
|
redup
|
40
|
8.9
|
0.22
|
Redup
|
5
|
9
|
50
|
8.9
|
0.18
|
redup
|
70
|
8.9
|
0.13
|
redup
|
10
|
8.9
|
0.90
|
terang
|
E. Pengolahan
data
Tabel 3. Rangkaian seriDATA 1. V = I X R , I = V/R
Lampu1, R= 20 ῼ, V = 1.63 V, I = 0.08 A
V = 0.08 A X 20 ῼ = 1.6 V I = (1.63 V)/20ῼ = 0.08 A
% KSR = |((1.6-1.63) V)/1.6V| X 100 %=1.8 % % KSR = |((0.08-0.08) A)/(0.08 A)| X 100 %=0 %
Lampu2, R= 50 ῼ, V = 4.09 V, I = 0.08 A
V = 0.08 A X 50 ῼ = 4 V I = (4.09 V)/50ῼ = 0.08 A
% KSR = |(4-4.09)V/(4 V)| X 100 %=2.25 % % KSR = |((0.08-0.08) A)/(0.08 A)| X 100 %=0 %
Lampu3, R= 40 ῼ, V = 3.27 V, I = 0.08 A
V = 0.08 A X 40 ῼ = 3.2 V I = (3.27 V)/40ῼ = 0.08 A
% KSR = |(3.2-3.27)V/(3.2 V)| X 100 %=2.18 % % KSR = |((0.08-0.08) A)/(0.08 A)| X 100 %=0 %
DATA 2. V = I X R , I = V/R
Lampu1, R= 50 ῼ, V = 2.8 V, I = 0.06 A
V = 0.06 A X 50 ῼ = 3 V I = (2.8 V)/50ῼ = 0.06 A
% KSR = |( 3- 2.8)V/(3 V)| X 100 %=6.67 % % KSR = |((0.06-0.06) A)/(0.06 A)| X 100 %=0 %
Lampu2, R= 40 ῼ, V = 2.25 V, I = 0.06 A
V = 0.06 A X 40 ῼ = 2.4 V I = (2.25 V)/(40 ῼ) = 0.06 A
% KSR = |( 2.4 - 2.25)V/(2.4 V)| X 100 %=6.75 % % KSR = |((0.06-0.06) A)/(0.06 A)| X 100 %=0 %
Lampu3, R= 70 ῼ, V = 3.9 V, I = 0.06 A
V = 0.06 A X 70 ῼ = 4.2 V I = (3.9 V)/70ῼ = 0.06 A
% KSR = |( 4.2 – 3.9)V/(4.2 V)| X 100 %=7.14 % % KSR = |((0.06-0.06) A)/(0.06 A)| X 100 %=0 %
DATA 3. V = I X R , I = V/R
Lampu1, R= 10 ῼ, V = 1.125 V, I = 0.11 A
V = 0.11 A X 10 ῼ = 1.1 V I = (1.125 V)/10ῼ = 0.06 A
% KSR = |( 1.1- 1.125)V/(1.1 V)| X 100 %=2.27 % % KSR = |((0.06-0.06) A)/(0.06 A)| X 100 %=0 %
Lampu2, R= 50 ῼ, V = 5.6 V, I = 0.11 A
V = 0.11 A X 50 ῼ = 5.5 V I = (5.6 V)/50ῼ = 0.06 A
% KSR = |( 5.5-5.6)V/(5.5 V)| X 100 %=1.8 % % KSR = |((0.06-0.06) A)/(0.06 A)| X 100 %=0 %
Lampu3, R= 20 ῼ, V = 2.25 V, I = 0.11 A
V = 0.11 A X 20 ῼ = 2.2 V I = (2.25 V)/(20 ῼ) = 0.06 A
% KSR = |( 2.2- 2.25)V/(2.2 V)| X 100 %=2.27 % % KSR = |((0.06-0.06) A)/(0.06 A)| X 100 %=0 %
DATA 4. V = I X R , I = V/R
Lampu1, R= 80 ῼ, V = 3 V, I = 0.04 A
V = 0.04 A X 80 ῼ = 3.2 V I = (3 V)/80ῼ = 0.04 A
% KSR = |( 3.2- 3)V/(3.2 V)| X 100 %=6.25 % % KSR = |((0.04-0.04) A)/(0.04 A)| X 100 %=0 %
Lampu2, R= 90 ῼ, V = 3.375 V, I = 0.04 A
V = 0.04 A X 90 ῼ = 3.6 V I = (3.375 V)/90ῼ = 0.04 A
% KSR = |( 3.6- 3.375)V/(3.6 V)| X 100 %=6.25 % % KSR = |((0.04-0.04) A)/(0.04 A)| X 100 %=0 %
Lampu3, R= 70 ῼ, V = 2.265 V, I = 0.04 A
V = 0.04 A X 70 ῼ = 2.8 V I = (2.265 V)/70ῼ = 0.04 A
% KSR = |( 2.8- 2.265)V/(2.8 V)| X 100 %= % % KSR = |((0.04-0.04) A)/(0.04 A)| X 100 %=0 %
DATA 5. V = I X R , I = V/R
Lampu1, R= 10 ῼ, V = 2.25 V, I = 0.22 A
V = 0.22 A X 10 ῼ = 2.2 V I = (2.25 V)/10ῼ = 0.22 A
% KSR = |( 2.2- 2.25)V/(2.2 V)| X 100 %=2.27 % % KSR = |((0.22-0.22) A)/(0.22 A)| X 100 %=0 %
Lampu2, R= 20 ῼ, V = 4.5 V, I = 0.22 A
V = 0.22 A X 20 ῼ = 4.4 V I = (4.5 V)/20ῼ = 0.22 A
% KSR = |( 4.4 – 4.5)V/(4.4 V)| X 100 %=2.27 % % KSR = |((0.22-0.22) A)/(0.22 A)| X 100 %=0 %
Lampu3, R= 10 ῼ, V = 2.25 V, I = 0.22 A
V = 0.22 A X 10 ῼ = 2.2 V I = (2.25 V)/10ῼ = 0.22 A
% KSR = |( 2.2- 2.25)V/(2.2 V)| X 100 %=2.27 % % KSR = |((0.22-0.22) A)/(0.22 A)| X 100 %=0 %
Tabel 4. Rangkaian parallel
DATA 1. V = I X R , I = V/R
Lampu1, R= 20 ῼ, V = 8.9 V, I = 0.45 A
V = 0.45 A X 20 ῼ = 9 V I = (9 V)/20ῼ = 0.45 A
% KSR = |( 9 – 8.9)V/(9 V)| X 100 %=1.1 % % KSR = |((0.45-0.45) A)/(0.45 A)| X 100 %=0 %
Lampu2, R= 20 ῼ, V = 8.9 V, I = 0.45 A
V = 0.45 A X 20 ῼ = 9 V I = (9 V)/20ῼ = 0.45 A
% KSR = |( 9 – 8.9)V/(9 V)| X 100 %=1.1 % % KSR = |((0.45-0.45) A)/(0.45 A)| X 100 %=0 %
Lampu3, R= 10 ῼ, V = 8.9 V, I = 0.9 A
V = 0.9 A X 10 ῼ = 9 V I = (9 V)/10ῼ = 0.9 A
% KSR = |( 9 – 8.9)V/(9 V)| X 100 %=1.1 % % KSR = |((0.9-0.9) A)/(0.9 A)| X 100 %=0 %
DATA 2. V = I X R , I = V/R
Lampu1, R= 40 ῼ, V = 8.9 V, I = 0.22 A
V = 0.22 A X 40 ῼ = 8.8 V I = (8.8 V)/40ῼ = 0.22 A
% KSR = |( 8.8 – 8.9)V/(8.8 V)| X 100 %=1.1 % % KSR = |((0.22-0.22) A)/(0.22 A)| X 100 %=0 %
Lampu2, R= 20 ῼ, V = 8.9 V, I = 0.45 A
V = 0.45 A X 20 ῼ = 9 V I = (9 V)/20ῼ = 0.45 A
% KSR = |( 9 – 8.9)V/(9 V)| X 100 %=1.1 % % KSR = |((0.45-0.45) A)/(0.45 A)| X 100 %=0 %
Lampu3, R= 10 ῼ, V = 8.9 V, I = 0.9 A
V = 0.9 A X 10 ῼ = 9 V I = (9 V)/10ῼ = 0.9 A
% KSR = |( 9 – 8.9)V/(9 V)| X 100 %=1.1 % % KSR = |((0.9-0.9) A)/(0.9 A)| X 100 %=0 %
DATA 3. V = I X R , I = V/R
Lampu1, R= 90 ῼ, V = 8.9 V, I = 0.10 A
V = 0.10 A X 90 ῼ = 9 V I = (9 V)/90ῼ = 0.1 A
% KSR = |( 9 – 8.9)V/(9 V)| X 100 %=1.1 % % KSR = |((0.1-0.1) A)/(0.1 A)| X 100 %=0 %
Lampu2, R= 20 ῼ, V = 8.9 V, I = 0.45 A
V = 0.45 A X 20 ῼ = 9 V I = (9 V)/20ῼ = 0.45 A
% KSR = |( 9 – 8.9)V/(9 V)| X 100 %=1.1 % % KSR = |((0.45-0.45) A)/(0.45 A)| X 100 %=0 %
Lampu3, R= 70 ῼ, V = 8.9 V, I = 0.13 A
V = 0.13 A X 70 ῼ = 9 V I = (9 V)/70ῼ = 0.13 A
% KSR = |( 9 – 8.9)V/(9 V)| X 100 %=1.1 % % KSR = |((0.13-0.13) A)/(0.13 A)| X 100 %=0 %
DATA 4. V = I X R , I = V/R
Lampu1, R= 30 ῼ, V = 8.9 V, I = 0.30 A
V = 0.30 A X 30 ῼ = 9 V I = (9 V)/30ῼ = 0.3 A
% KSR = |( 9 – 8.9)V/(9 V)| X 100 %=1.1 % % KSR = |((0.3-0.3) A)/(0.3 A)| X 100 %=0 %
Lampu2, R= 50 ῼ, V = 8.9 V, I = 0.18 A
V = 0.18 A X 50 ῼ = 9 V I = (9 V)/50ῼ = 0.18 A
% KSR = |( 9 – 8.9)V/(9 V)| X 100 %=1.1 % % KSR = |((0.18-0.18) A)/(0.18 A)| X 100 %=0 %
Lampu3, R= 40 ῼ, V = 8.9 V, I = 0.22 A
V = 0.22 A X 40 ῼ = 8.8 V I = (8.8 V)/40ῼ = 0.22 A
% KSR = |( 8.8 – 8.9)V/(8.8 V)| X 100 %=1.1 % % KSR = |((0.22-0.22) A)/(0.22 A)| X 100 %=0 %
DATA 5. V = I X R , I = V/R
Lampu1, R= 50 ῼ, V = 8.9 V, I = 0.18 A
V = 0.18 A X 50 ῼ = 9 V I = (9 V)/50ῼ = 0.18 A
% KSR = |( 9 – 8.9)V/(9 V)| X 100 %=1.1 % % KSR = |((0.18-0.18) A)/(0.18 A)| X 100 %=0 %
Lampu2, R= 70 ῼ, V = 8.9 V, I = 0.13 A
V = 0.13 A X 70 ῼ = 9 V I = (9 V)/70ῼ = 0.13 A
% KSR = |( 9 – 8.9)V/(9 V)| X 100 %=1.1 % % KSR = |((0.13-0.13) A)/(0.13 A)| X 100 %=0 %
Lampu3, R= 10 ῼ, V = 8.9 V, I = 0.9 A
V = 0.9 A X 10 ῼ = 9 V I = (9 V)/10ῼ = 0.9 A
% KSR = |( 9 – 8.9)V/(9 V)| X 100 %=1.1 % % KSR = |((0.9-0.9) A)/(0.9 A)| X 100 %=0 %
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum Konstruksi rangkaian DC pertama tama kami
melakukan percobaan terhadap sifat konduktor dari suatu benda.percobaan ini
dilakkukan dengan cara memberi hubungan pendek pada sebuah lampu melalui benda
atau bahan yang akan diuji. Pada perobaan pertama dilakukan percobaan terhadap
kertas. Kertika rangkaian dihubungkan lampu sama sekalai tidak menyala. Maka
dapat diketahui bahwa uang kertas bersifat isolator. Selanjut kami melakukkan
percobaan pada klip kertas. Pada percobaan kalai ini kamin mendapati lampu
menyala sehingga dapat disimpukkan bahwa klipkertas bersifat konduktor. Begitu
seterusnya terhadap uang logam penghapus da anjing. Dengan hasil berturut
turut menyala, tidak menyala,tidak
meyala.
Selajutnya kami melakukkan percobaan terhadap sifat
rangkaian terhadap sakla. Pada percoaan ini kami lakukan dengan menghubungkkan
lampu terhadap sumber teganagn melalui sebuah saklar. Ketiaka saklar terbka
kami dapati bahwa lamu tidak menyala. Dan ketika saklar tertutup kamai
mandapati bahwa lampunya menyala.
Percobaan selanjutnya yaitu mengamati besar teganag dan
arus pada rangkaian seri. Pada percoabaan ini kami merakit suatu rangakain yang
terdiri dari beberapa lampu yang tersusun seri setiap lampu mamiliki impedansi yang berbeda beda.
Darai percobaan ini kami mendapati bahwa lampu dengan nilai impedansi tertinggi
adalah lampu yang paling terang dan ini sesuai dengan hukum pembagi tegangan.
Namunarus di tiap-tiap lampu yang mengalir adalh sama
Pada percobaan berikutnya adalah melakukkan percobaan
terhadap tergangan dan arus pada rangkaian paraler. Pada rangkaian paaralar
besar tengan di tiap lampu adalah sma. Sedangkkan besar arus yang mengalir di
lampu berbebada beda. Lampu dengan impedasi terkecillah yang memiliki arus
paling besar.
G. KESIMPULAN
1. Bahan
yang bersifat konduktor diantaranya : klip kertas, uang logam
Bahan yang bersifat isolator diantaranya :
uang kertas, penghapus, anjing.
2. Pada
keadaan saklar terbuka lampu akan mati.
Pada keadaan saklar tertutup lampu akan
menyala.
3. Pada
rangkaian seri keadaan untuk tiap lampu nyalanya dipengaruhi oleh tahanannya
semakin besar tahanan lampu nyala lampu akan semakin terang.
4. Pada
rangkaian parallel keadaan untuk tiap lampu nyalanya dipengaruhi oleh
tahanannya semakin besar tahanan lampu nyala lampu akan semakin redup.
DAFTAR PUSTAKA
Herman dan asisten LFD. 2015. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 2. Makassar: Unit Laboratorium Fisika
Dasar. Makasar : Universitas Negeri Makassar
Serway, A Raymond dan John W.Jewett, 2010.Fisika Untuk Sains dan Teknik Edisi Keenam
Jilid 2. Jakarta: Salemba Teknika
Tippler, Paul A. 2001. Fisika Untuk Sains dan Teknik Edisi ketiga jilid 2. Jakarta:
Erlangga
Young, Hugh D. dan Roger A. Freedman.1999. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid
2. Solo: Erlangga.
Young, Hugh D dan Roger A. Frieedman, 2004. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 2.
Jakarta: Erlangga
SALAM GENERASI PERUBAHAN Hafiz Hisbullah
Comments
Post a Comment